Berliterasi sebagai Kunci Prestasi

Mulawarman, S.Pd.

Guru Matematika SMA Islam Al Azhar 24 Boarding School

Saat ini siswa-siswa Indonesia, khususnya siswa-siswa kelas XII akan menghadapi UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer) yaitu ujian yang diselenggarakan sebagai ujian masuk perguruan tinggi di Indonesia. Hasil ujian UTBK merupakan akumulasi dari beberapa mata ujian diantaranya Tes Penalaran Umum, Literasi Bahasa, dan Penalaran Matematis. Jika hasilnya telah memenuhi passing grade dari jurusan/program studi universitas yang dipilih maka siswa tersebut akan dapat melanjutkan studinya di universitas pilihannya tersebut. Jika belum memenuhi maka siswa tersebut dapat menempuh jalur lain, misalnya ujian seleksi mandiri  atau jalur lainnya.

Siswa-siswa yang lolos UTBK dapat dikatakan telah mendapatkan kursi di universitas tujuannya. Setelah mengurusi berbagai administrasi dan biaya yang mungkin harus dikeluarkan maka siswa tersebut hanya tinggal berproses dalam studinya selama kurang lebih 4 tahun untuk mendapatkan gelar sarjana. Proses yang harus dilalui adalah belajar sesuai minatnya, berdiskusi dan mengerjakan projek, dan diakhiri dengan menulis skripsi. Suatu proses yang mau tak mau harus dilalui untuk mendapatkan sertifikat kelulusan dari sebuah universitas tempat ia belajar.

Pada waktu yang sama di waktu yang hampir bersamaan, siswa-siswa kelas X dan XI di seluruh Indonesia sedang berkompetisi dalam ajang Olimpiade Sains Nasional yang merupakan ajang akademik paling bergengsi di Indonesia. Dalam ajang tersebut, siswa-siswa kelas X dan XI unjuk gigi dalam bidang Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Informatika, Geografi, Kebumian, dan Astronomi untuk meraih medali emas, perak, atau perunggu. Mereka yang mendapatkan medali OSN dianggap sebagai siswa bertalenta yang dimiliki Indonesia sehingga mereka akan difasilitasi untuk melanjutkan studi di universitas-universitas ternama di Indonesia.

Kita sebagai guru ataupun orang tua gembira rasanya jika siswa-siswa kita berprestasi. Entah itu berupa lulusnya siswa-siswa di ujian UTBK, meraih medali di ajang Olimpiade Sains, meraih piagam penghargaan di lomba-lomba tertentu, atau ajang-ajang akademik lainnya, baik nasional ataupun internasional. Di bidang MIPA misalnya, sosok-sosok inspiratif seperti Mischka Aoki dan Devon Kei Enzo mampu meraih lebih dari seratus medali olimpiade membuat Indonesia harum namanya di mata dunia. Di bidang lainnya, ada sosok pemuda Indonesia Muhammad Rizki Nugraha Darma Nagara yang menjadi satu dari 100 pemuda yang diberi kesempatan untuk bicara dalam sebuah agenda PBB.

Kita sebagai warga negara Indonesia patut berbangga dengan itu semua. Kesuksesan akademis dari beberapa contoh di atas mampu menjadikan Indonesia diperhitungkan di dunia internasional. Namun, terbesit pertanyaan di benak kita semua: bagaimana menjadikan anak-anak kita kelas sukses secara akademik. Pertanyaan penting yang harus diajukan adalah: apakah kunci agar siswa dapat meraih kesuksesan di UTBK, Olimpiade Sains, dan ajang-ajang akademik lainnya? Apakah ada benang merah antara semua event tersebut?

Mari kita bahas dengan meninjau bahasan apa yang diujikan pada UTBK dan Olimpiade Sains. Dalam UTBK materi yang diujikan adalan bernalar dan berliterasi. Pada UTBK di tahun 2020-2024 terdapat beberapa materi ujian, yaitu Penalaran Umum, Pengetahuan & Pemahaman Umum, Kemampuan Memahami Bacaan & Menulis, dan Pengetahuan Kuantitatif. Semua materi ujian tersebut berpangkal pada dua hal, yaitu literasi dan numerasi. Dalam ujian Penalaran Umum, misalnya, seseorang diharuskan memiliki literasi sehingga dan berpikir logis dan berargumentasi. Dalam pengetahuan dan pemahaman umum, seseorang harus dapat mencerna informasi sehingga dapat menjawab soal-soal yang ditanyakan. Intinya adalah materi ujian UTBK adalah melanar dan berliterasi.

Demikian juga halnya dengan Olimpiade Sains. Walaupun terdapat beragama mapel-mapel eksak yang diujikan dalam ajang tersebut, tetap yang diujikan adalah kemampuan memahami dan menganalisis permasalahan. Permasalahan yang diujikan ada yang sifatnya rutin, namun ada juga yang non rutin. Semuanya diujikan dalam rangka mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal. Untuk mempertinggi kemampuan tersebut, siswa-siswa dapat belajar dari guru-guru ataupun lembaga. Namun, dapat dipastikan bahwa jelas harus ada buku-buku ataupun modul-modul yang dimiliki murid. Misalnya, dalam ajang Olimpiade Matematika, salah satu rujukan yang dipakai adalah buku Problem Solving Strategiesnya Arthur Engel. Di ajang Olimpiade Biologi, misalnya, salah satu buku wajib yang harus dibaca adalah Biologynya Campbell Jilid I, II, dan III. Mapel-mapel lainnya juga sama: ada buku-buku penunjang atau buku rujukan yang harus dibaca dan dikuasai siswa. Bahkan, terdapat buku-buku yang harus dimiliki siswa-siswa kontingen olimpiade.

Setelah kita tahu esensi dari UTBK dan Olimpiade Sains, selanjutnya mari kita bahas tentang hubungan antara berliterasi dan berprestasi secara umum. Apakah ada hubungan antara keduanya? Beberapa penelitian tentang hal tersebut telah dilakukan. Hasil penelitian oleh Agustina Ningsih menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kebiasaan belajar atau berliterasi terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Hal yang senada juga didapatkan dari hasil penelitian tentang berliterasi dan berprestasi di Banjarmasin. Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa terdapat korelasi positif yang meyakinkan antara budaya membaca dengan prestasi belajar PAI.

Dari semua uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berliterasi adalah kunci seorang siswa agar dapat sukses di UTBK dan Olimpiade Sains Nasional. Demikian juga lomba-lomba akademik lainnya. Dengan kata lain, berliterasi diperlukan untuk membawa siswa-siswa sukses di UTBK dan Olimpiade Sains Nasional. Tanpa literasi yang kuat seseorang tidak akan lulus UTBK atau sukses Olimpiade Sains Nasional.

Berliterasi merupakan kegiatan yang harus dibudayakan di setiap sekolah agar siswa bukan hanya dapat memperoleh informasi atau pesan yang disampaikan, tetapi juga dapat menginterpretasikan isi bacaan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Jika siswa-siswa kesulitan memahami bacaan, maka otomatis mereka juga kesulitan untuk membangun prestasi. Apabila ini terjadi, maka mustahil prestasi siswa akan mudah diraih. Oleh karena itu, mari kita menitikberatkan proses kegiatan belajar-mengajar pada kegiatan literasi sebab dengan berliterasi bukan hanya dapat mencerdaskan siswa, namun juga membuat siswa dapat mengaktualisasikan dirinya dengan berprestasi.

Postingan Terkait